Thursday, March 1, 2007

Terjemahan Gending Gending Gending Tersebut dalam Bahasa Indonesia


Pangkur

Menghindarkan diri dari angkara
Bila akan mendidik putra
Dikemas dalam keindahan syair
Dihias agar tampak indah
Agar tujuan ilmu luhur ini tercapai
Kenyataannya, di tanah Jawa
Agama dianut raja

Diuraikan dalam Wedhatama
Agar tidak mengendurkan budi daya
Pada hal meski tua renta
Bila tak memahami perasaan
Sama sekali tak berguna
Misalnya dalam pertemuan
Canggung memalukan

Menuruti keinginan pribadi
Bila berbicara tanpa dipikir lebih dahulu
Tak mau disebut bodoh
Asal dipuji dan disanjung
Tetapi manusia telah paham akan pertanda
Yang ditutupi dengan kepura-puraan
Ditampilkan dengan manis

Si bodoh tidak menyadari
Bicaranya semakin menjadi-jadi
Melantur-lantur semakin jauh
Ucapannya tidak masuk akal
Semakin aneh dan jauh dari kenyataan
Si pandai dan waspada mengalah
Menutupi kekurangan si bodoh

Begitulah ilmu yang nyata
Sesungguhnya hanya memberi kesejukan
Bangga dikatakan bodoh
Senang hatinya bila dihina
Tidak seperti si bodoh yang besar kepala
Minta dipuji setiap hari
Orang hidup jangan begitulah

Hidupnya semakin rusak
Nalarnya tidak berkembang dancompang-camping
Seperti gua yang gelap
Diterpa angin badai
Menggeram, mengaung, gemuruh
Sama siperti si muda
Meski begitu ia tetap sombong

Kemampuannya sangat kecil
Geraknya bergantung kepada ayah-ibu
Terpandang dan tingkat luhur
Itulah orang tuanya
Sedangkan belum mengenal
Artinya sopan-santun
Yang merupakan ajaran agama

Sifat-sifat dirimu
Tampak dalam tutur-bicara
Tak mau mengalah, harus selalu menang
Congkak penuh kesombongan
Sikap seperti itu salah
Gila kemenangan
Itu tak baik, anakku

Yang termasuk ilmu takhayul
Pesona yang berasal dari hal-hal gaib
Ibarat bedak
Tidak meresap ke dalam tubuh
Hanya ada berada di luar daging, anakku
Jika tertimpa mara bahaya
Pasti akan mengingkari

Maka sedapat mungkin
Usahakan berhati baik
Mengabdilah dengan baik
Sesuai dengan kemampuanmu
Juga tata-cara kenegaraan
Tata-cara berbakti
Yang berlaku sepanjang waktu

Bertanyalah anakku
Kepada para pendeta yang bertirakat
Kepada segala teladan yang baik
Mampu menahan hawa nafsu
Pengetahuanmu akan kenyataan ilmu
Tidak hanya terhadap orang tua-tua
Dan orang muda dan hina anakkku

Barangsiapa mendapat wahyu Tuhan
Akan cepat menguasai ilmu
Bangkit merebut kekuasaan
Atas kesempurnaan dirinya
Bila demikian, ia dapat disebut orang tua
Artinya sepi dari kemurkaan
Memahami dwi-tunggal

Tidak bingung kepada perpaduan sukma
Diresapkan dan dihayati di kala sepi
Disimpan di dalam hati
Pembika tirai itu
Tak lain antar sadar dan tidak
Bagai kilasan mimpi
Merakna rasa yang sejati


Sesungguhnya yang demikian itu
Telah mendapat anugerah Tuhan
Kembali ke alam kosong
Tak suka pada keramaian
Yang bersifat kuasa-menguasai
Telah memilih kembali ke asal
Demikianlah, anak muda


Sinom

Contohlah tingkah laku yang terbaik
Untuk kalangan orang di tanah Jawa
Orang mulia dari Mataram
Panembahan Senapati
Seorang yang sangat tekun
Mengurangi hawa dan nafsu
Dengan jalan bertapabrata
Di siang dan malam hari
Membangun kebahagian hati sesama

Dalam suatua pertemuan
Menciptakan kebahagiaan merata
Sambil di setiap saat
Waktu-waktu yang sepi
Berkelana sambil bertapa
Demi mencapai cita-cita
Terpendam di lubuk hati
Selalu berprihatin
Berpegang teguh mencegah makan dan tidur

Setiap pergi meninggalkan istana
Pergi ke tempat sepi
Menyerap berbagai ilmu keutamaan
Agar paham dan jelas yang dituju
Maksud hati mencapai
Kehalusan budi yang tulus
Mempelajari ilmu tua
Di tepi samudera
Dari ketekunannya didapat wahyu yang baik

Paham tepi samudera
Seluruhnya telah dikitari
Disimpan dalam pikiran
Digenggam sekali genggam
Menjadi ratu
Di Kanjeng Ratu Selatan
Terbang tinggi ke angkasa
Datang dengan mengendap-endap
Kalah wibawa dengan Tuan Agung Dari Mataram


Dia minta dengan sangat
Agar akrab dan dijadikan pengikut
Dalam alan gaib
Pada waktu berkelana di alam sepi
Siap menyanggupi
Kehendak yang telah dimaksud
Berpamrih meminta
Restu dari pertapa
Meski hanya bertongkat dagu berkaki dada

Janji bertujuan baik
Untuk anak cucu di kemudian hari
Demikian keturunan raja
Bila mencari ilmu kesempurnaan
Akhirnya akan tercapai
Apa yang diinginkan
Tuan Agung dari Mataram
Anugerah segera tiba
Semua keturunannya berpangkat tinggi

Menguasai tanah Jawa
Semua menjadi raja
Kstaria pandai dan tampan
Tak lain keturunan Senapati
Itulah pantas pula
Dicontoh perjuangannya
Sesuai kemampuannya
Kebahagiaan di masa depan
Sesungguhnya tak dapat meniru jaman kuna

Itu lebih baik daripada
Hidup tanpa prihatin
Tapi apakah di jaman kini
Yang disukai anak muda
Meniru-niru nabi
Utusan Tuhan adalah rasul
Selalu disombongkan
Setiap menghadap singgah ke masjid
Mengharap mukjizat kejatuhan derajat

Selalu mempelajari syariat
Intinya tak diketahuio
Dalil jalan ijmak
Tidak paham akan kias
Mereka hanya terlena
Berbondong-bondong ke masjid agung
Ketika membaca kutbah
Lagunya dandanggula
Suara indah mengumandangkan palaran

Andaikan kamu harus meniru
Teladan kanjeng nabi
O, anakku terlalu jauh langkahmu
Wataknya tak tahan, anakku
Karena kamu orang Jawa
Sedikit saja sudah cukup
Jangan suka disanjung
Berhasrat meniru fikih
Jika kuat cita-citamu tentu mendapat rahmat

Tapi enak mencari nafkah
Karena ditakdirkan sebagai makhluk lemah
Apakah mengabdi raja
Bertani dan berdagang
Begitu menurut hematku
Karena aku orang bodoh
Belum paham bahasa Arab
Bahasa Jawaku saja belum memadai
Tetapi memaksa diri mengajari anak

Sejak masih muda
Walau sebentar telah mengalami
Mempelajari agama
Berguru menurut aturan haji
Sebenarnya rahasia hatiku
Sangat takut kelak kemudian
Aturan di akhir jaman
Belum sampai mengabdikan diri
Tak sempat sembayang telah dipanggil

Kepada yang memberi makan
Bila terlama dimurkai
Kacau-balau hatiku
Bagaikan kiamat setiap hari
Berat Tuhan ataukah Gusgi
Ragu-ragu tindakanku
Lama-lama terpikirkan
Karena anak bangsawan
Bila ingin menjadi juru doa tak mungkin

Dan bila menjadi ketib juru dia masjid
Aku tidak berhak
Lebih baik meminati sungguh-sungguh
Peraturan wajib bagi orang hidup
Menjalankan jejak leluhur
Jaman dahulu
Sampai kini
Akhirnya tidak lain hanya mencari nafkah


Salah sendiri yang tak peduli
Akan aturan hidup
Hidup berlandasan tiga perkara
Luhur, harta dan pandai
Bila sampai tidak memiliki
Dari bilangan tiga itu
Habislah arti manusianya
Lebih berharga daun jati yang kering
Akhirnya sengsaranya seperti pengemis
Sengsara mengembara
Yang telah waspada terhadap tingkah
Menghayati aturan bijak
Akhirnya inti kehidupan
Tampak nyata tanpa tirai
Yang menutupi tersingkap
Terbukanya rasa yang jauh
Tampak seluruh masa
Jauh tanpa batas
Disebut bertapa atas tapak Hyang Sukma

Begitulan manusia utama
Suka berpendam alam kesepian
Dalam setiap saat masa
Mengasah dan membersihkan budi
Memenuhi keadaannya
Sebagai manusia kesatria
Sopan dan ramah tamah
Pandai mengambil hati sesama
Yaitu disebut orang mahir bidang agama

Pada jaman kini tidak demikian
Arah gerak para muda
Bila mendapat petunjuk nyata
Tidak pernah dijalankan
Kemudian menruut kemauannya sendiri
Kakeknya akan diajari
Mengandalkan kawan kuru
Pendeta negara yang pandai
Telah tinggal dan sampai pada makrifat.


Pocung

Ilmu adalah
Dijalankan dengan perbuatan
Dimulai dengan kemauan
Kemauan adalah penguat
Budi setia penghancur kemurkaan

Angkara yang besar
Dalam tubuh selalu menggelora
Golngannya
Sampai menguasai tiga dunia
Bila dibiarkan berkembang menjadi bahaya

Lain bila
Yang telah tertarik pada aturan jiwa
Suka selalu memaafkan
Sesama orang yang salah
Serba sabar karena berusaha bersikap baik

Tak berpenghalang
Hati jahat yang akan memberi kegelapan
Suka akan hormat
Karena tertutup oleh cinta kasih
Cinta kasih berkembang sebesar gunung

Yaitu patut
Dicontoh-contoh diturut
Semua petunjuknya
Jangan seperti jaman kini
Banyak muda-mudi sombongkan rapal makna

Belum mampu
Terburu ingin lekas pandai
Mengartikan rapal
Bagai sayid dari Mesir
Sering meremehkan kemampuan orang lain.

Yang seperti itu
Termasuk orang yang mengaku-aku
Pikirannya tidak masuk akal
Aneh tak mengakui ke-jawaannya
Memaksa ingin mencari ilmu ke Mekah

Tidak tahu
Inti sesuatu yang dicari
Yang melekat di badan
Asal semua mau berusaha
Sana-sini tak berbeda keadaannya

Asal lugas
Dalam minat mingkatkan hati
Bila terkabul terbuka
Dalam derajat cita-cita hidup
Seperti telah diwahyukan dalam syair sinom

Yang disebut ilmu
Mufakat dengan mendapat
Mempan dengan bertapa
Bila kesatria tanah Jawa
Sejak dahulu yang dipelajari tiga hal

Rela bila
Kehilangan tidak menyesal
Menerima bila tertimpa
Kedengkian dari orang lain
Ketiga, iklas berserah diri kepada Tuhan

Dewa yang agung
Ditempatkan di dalam hati
Betah Hyang Wisesa
Tempat peristirahatan suci
Tidak seperti si muda yang menyebar kemurkaan

Tidak kunjung berhenti
Suka mencaci-maki
Isinya tidak ada
Hanya asal marah-marah
Bagai raksasa yang suka menganiaya

Semua kesalahan
Dalam diri selalu ditutupi
Ditutupi dengan kata-kata
Mengira tak ada yang tahu
Bila dihina kemarahannya dijadikan senjata

Belum pandai
Dalam ilmu terburu lebih
Dijejali hawa nafsu
Penuh ditutupi pamrih
Tak mungkin mendekat Hyang Wisesa.


Gambuh
Kini aku menasehatkan
Empat sembah agar kau tiru
Pertama, raga, cipta, jiwa, rasa, anakku
Di situ bila terdapat
Tanda anugerah Tuhan

Sembah raa itu
Perbuatan orang yang sedang magang kerja
Bersuci dengan air
Yang biasa lima waktu
Merupakan watak aturan

Jaman dulu belum
Kenal dengan ajaran rahasia
Baru kini bangsa menunjukkan karyanya
Menunjukkan kemampuannya
Dengan cara yang aneh-aneh

Kadang-kadang seperti santri Dul
Tampaknya seperti santri daerah selatan
Menelusuri pantai Pacitan
Ribuan orang yang percaya
Aturan yang asal diucapkan

Terburu-buru ingin tahu
Kenal dengan cahaya Tuhan
Mengharap cahaya untuk dihormati
Tak tahu yang demikian itu
Pandangannya salah tempat

Biar jaman dahulu
Diatur sejak awal sampai usai
Syariat tak dicampur dengan ulah batin
Jadi tidak membingungkan
Bagi yang menyembah Tuhan

Maksud syariat itu
Dapat juga disebut laku
Pertama tetap, kedua rajin
Hasilnya, anakku
Menyegarkan badan agar labih baik.

Orang yang segar badannya
Otot daging kulit tulang sumsum
Mempengaruhi darah menjadikan hati terang
Katenangan hati menjadikan
Hilangnya keruwetan hati

Bagitu menurut pendapatku
Tetapi berhubung berbeda-beda
Berbeda dengan nasib manusia
Sesungguhnya tidak sesuai
Dengan tekat yang dijalankan

Tapi tekpasa menasehati
Karena sebagai tetua hanya dapat berkata
Siapa tahu dapat diwaiskan sebagai kebaikan
Siapa yang rajin akan berhasil
Anugerah untuk kerajaan

Kini sembah kalbu
Jika mengalir juga menjadi laku
Laku baik seperti narapati
Tepat tumbuh ilmu ini
Tahu kepada yang mengasuhnya

Bersuci tanpa air
Hanya mengurangi nafsu hati
Diawali dengan tata, teliti dan berhati-hati
Tetap, tidak bosan, dan setia
Contoh untuk kewaspadaan

Pada pandangan yang benar
Cara kerja di jalan yang baik
Bila lugas kepada kebiasaan yang khusus
Ciri yang jauh
Membuka alam yang lain

Bila telah mencapai demikian
Saratnya sabar dalam segala hal
Terlaksana dari dalam, khidmad, dan ingat
Bila ras ajauh telah hilang
Di situ keadilan Tuhan

Kegagalan acuh kepada kehendak
Tak tertarik pada keindahan cita-cita
Hal rekaan bila dirasa tidak jadi
Maka pahami dan ingatlah
Terhadap penghalang langkah

Kini yang dibicarakan
Sembah ketiga yang akan disampaikan
Kepada Hyang Sukma yang menghidupi
Usahakan tercapai
Sembah dalam jiwa ini anakku

Sebenarnya lebih penting
Disebut akhir perjalanan
Tindakan yang berkaitan dengan batin
Bersuci dengan awas dan ingat
Kepada alam yang maha luas

Memelihara dengan menguasai
Mencakup, merangkul tiga dunia seluruhnya
Jagad agung digulung dengan jagad kecil
Pertebal keyakinanmu, anakku
Kepada keindahan alam ini

Tenggelam bersama kegelapan
Melalui tanda alam yg menghanyutkan
Sesungguhnya itu kenyataan, anakku
Sebenarnya bila tak disadari
Sesungguhnya tak dapat berbaur

Sarana dari batas lahir batin
Serba sabar mengikuti irama menghanutkan
Bila waspada, itu dapat diandalkan
Tak lain hanya pribadinya
Yang tampak terlihat di sisu

Tapi jangan salah mengerti
Di situ ada cahaya sejati
Yakni cahaya harapan hidup berbudi
Bercahaya dengan jelas
Bagai bintang nampaknya

Yakni terbukanya hati
Terbukanya yang kuasa-menguasai
Daerahnya telah kau kuasai kini
Tetapi kau juga dikuasai
Oleh yang bagai cahaya bintang

Kini aku berkata
Ganti sembah yang keempat
Sembah rasa terasa inti kehidupan
Terjadi tanpa petunjuk
Hanya dengan kekuatan batin

Bila belum lugas
Jangan sekali-sekali berani mengaku-aku
Mendapat laknat yang demikian itu, anakku
Boleh juga berhak mengatakan
Bila telah sama-sama nampak

Jelasnya perkataan itu
Bila telah hilang keraguan hati
Hanya tebal keberanian percaya takdir
Ikut ketahuilah, ingatlah
Telitihal agar menguasai seluruhnya

Muatan perkatan itu
Harus kuat pada sikap teguh
Serta sabar dan tawakal, ikhlaskanlah hati
Menerima, dan rela berbuat baik
Tahu akhir kejadian

Semua tingkah laku
Terlaksana sesuai kemampuan
Maafkanlah kesalahan orang lain
Janganlah berlaku jahat
Nafsu budi yang jelek

Untuk memahami baik dan buruk
Yaitu merupakan pedoman hati
Yang membuka rintangan insan dan Tuhan
Yang dikuasai dan disembunyikan
Berada dalam relung batin

Rasa hidup itu
Karena menyatu dengan bentuk sewujud
Wujud Tuhan berada di seantero alam
Seperti manis dan madu
Mana nama itu sebenernya

Mana manis mana madu
Bila telah dapat menghayati gambaran semu
Pengertian Tuhan Yang Mahasuci
Dicakup dan terkuasai di dalam hati
Tampak lahir batin

Dalam batin tak keliru
Kilap cahaya dilihat kalbu
Yang merupakan obor mendekat Tuhan
Keselamatan budi berbuat baik
Serta perubahan-perubahan yang beralih

Usahamu agar berhasil
Tercapainya hal yang dicari
Usahamu agar lepas dari penghalang gaib
Bila tidak tahu
Ibarat kenyataan telur

Putih dan kuningnya
Bila akan menetas berbalik
Tak terduga bahwa kenyataannya
Dapatlah berganti rupa
Kejadiannya seperti itu

Dapat dipastikan tak keluar
Dan tentu tidak masuk
Kenyataannya di dalam, akhirnya di luar
Rasakan dengan sebenar-benarnya
Jangan sampai telanjur tidak mengerti

Sebab bila telanjur
Akan kecewa selama-lamanya
Tak berguna bila meninggal dunia
Sebagai orang hina yang tak tahu
Dirinya dianggap tamu.
Kinanthi
Pada hal bekal orang hidup
Selamanya hanya awas dan ingat
Sadar kepada petunjuk di alam ini
Menjadi kekuatan hidp
Supaya lepas dari kesengsaraan
Yaitu cara merawat hidup

Oleh karena itu, rajinlah anakku
Belajar menajamkan perasaan
Siang malam berusahalah
Berusahalah selalu
Menghancurkan nafsu indera
Supaya menjadi utama

Penajamannya di alam sepi
Jangan berhenti selamanya
Pada saat telah kelihatan
Tajamnya luar biasa
menghancurkan gunung reksamuka
Lenyaplah semua penghalang kebaikan

Sedangkan awas artinya
Tahu penghalang kehidupan
Dan penguasa tunggal
Yang selalu menyatu siang malam
Yang memenuhi segala kainginan
Terhampar di seluruh alam

Jangan gegabah dalam hati
Perhatikan ucapanmu itu
Di situ akan terasa
Bukan ucapanmu sendiri
Untuk peu persiapkan tekadmu
Perhatikan sampai usai

Hilangkan kebimbangan hati
Waspadalah terhadap pandangan
Yakni jalan kematian
Kurangilah demi sedikit
Gejolak nafsu angkara
Latihlah agar sempurna

Jangan suka berbuat jelek
Tanpa guna tanpa hasil
Terjerat olah aral
Oleh karena itu berhati-hatilah
Hidup banyak gangguan
Godaan harus diperhatikan

Misalnya orang berjalan
Jalan yang berbahaya dilaluinya
Jika kurang berhati-hati
Akhirnya tertusuk duri
Naasnya terantuk batu
Babak belur akhirnya

Biasa saja yang demikian itu
Berobat bila telah luka
Walau berpengetahuan segudang
Bila tak memahami niatnya
Jadi pengetahuan yang buruk
Mencari penghasilan dan pamrih

Kelihatan bila akan berbicara
Berkata, ucapannya bagai wali
Berulang-ulang tidak nyata
Menganggap diri pendeta hebat
Kelebihannya tidak ada
Semuanya tidak terbukti

Pengetahuannya hanya dalam kata-kata
Bicaranya digaib-gaibkan
Disela sedikitpun tak mau
Membelalak alisnya menyatu
Apakah itu pendeta gadungan
Yang demikian itu, anakku

Pada hal yang disebut laku
Syarat ilmu yang sejati
Tidak iri dan dengaki
Tidak panas hati, tidak jahil
Tak mendorong pada nafsu
Hanya diam agar khidmat

Kemashuran sifat yang baik
Pandai bergaul dengan siapa saja, anakku
Bila demikain akan tumbuh
Muncul benih yang baik
Meski benar pengetahuanmu
Bila ada yang menentang

Dan yang menentang itu
Telah tahu bila ilmunya bukan milik sendiri
Tetapi di luar tampak mengalah
Agar nampak menyatu
Hanya menyenangkan hati orang lain
Jangan sakit hati, jangan benci

Bila demikian syarat wahyu
Bila selamat untuk selamanya
Jangan menambah anugerah
Dari Tuhan yang Mahasuci
Diikat di ujung cita-cita
Tidak akan kunjung lepas, anakku

Demikian yang tentu
Mendapat anugerah Tuhan
Oleh karena itu anakku, agar bisa
Pura-pura bodoh atas pembicaraan orang
Hasil lahir batin
Yakni sifat yang baik

Pantas dicontoh dan diturut
Cara mencapai keutamaan
Keutamaan dasar kemuliaan
Kemuliaan jiwa raga
Tidak akan sama persis
Seperti leluhur jaman dahulu

Tetapi harus diucahakan
Sebatas kemampuan diri
Jangan meninggalkan contoh-contoh
Jika tidak demikian, anakku
Sungguh merugi hidup ini
Maka perhatikanlah anakku








No comments:
Write comments